Biasanya produsen memilih bahan mana yang paling bagus dengan cara menyesuaikan kebutuhan konsumen dan trend masyarakat. Usia, dalam hal ini tidak terlalu berpengaruh. Sebagai contoh, produsen tidak terlalu membedakan bahan apa yang sesuai dengan target usia seperti bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Begitupun dengan konteks jenis kelamin, perusahaan garment atau konfeksi tidak melihat apakah target mereka pria atau wanita sebagai panduan utama. Faktor kelamin lebih dominan dalam hal model saja. Tidak mungkin kan jika Anda seorang cowok memakai kemeja cewek? Untuk dapat dikatakan terbaik sebagai bahan kemeja, kain tersebut kiranya perlu memenuhi beberapa syarat seperti:
Kualitas – Hal yang paling mendasar ialah kualitas barang. Apapun itu, kualitas suatu produk tetaplah harus menjadi prioritas utama bagi para pengrajin. Masalah harga hendaknya menjadi urusan kedua setelah quality. Pendeknya, “quality deserves price, while price doesn’t necessarily guarantee quality: quality talks.” Sedangkan hukum alamnya ialah “murah berkualitas”.
Kenyamanan – Selain mutu sebagai bobot utama, kenyamanan saat dipakai menjadi faktor yang tidak kalah penting. Ketika memakai kemeja, semua orang pasti ingin selalu merasa nyaman dan tidak memberikan rasa risih. Bagi kita orang Indonesia yang hidup di negara dengan iklim tropis, ungkapan “kemeja ini bagus banget nih dipake adem” sepertinya menjadi parameter tersendiri bagi khalayak. Yah, cuaca di negeri ini tidak sama dengan negara-negara barat yang memang dari sononya sudah ditakdirkan berikim dingin, sehingga penduduk dinegara-negara tersebut lebih membutuhkan pakaian hangat.
Sedikit mahal – Satu pedoman lagi yang sudah Anda familiar yakni harga. Tentu saja, penjual manapun tidak ingin barang dagangan kualitas supernya dihargai dengan rupiah yang rendah. Perlu digaris bawahi bahwa kata “sedikit” tersebut sesungguhnya memiliki makna yang cukup dalam. Sebab, kemeja yang dibikin dari bahan kain terbaik sebenarnya tidak akan terbang jauh dari angka Rp100.000. Bolehlah jika salah satu dari Anda yang beranggapan demikian karena itu hak masing-masing untuk memiliki pandangan. Yang membuat sehelai pakaian (atasan) yang lebih dari 200 ribu per piece nya sebenarnya bukan bahannya, tapi lapak pedagannya. Anda cukup bayangkan saja, bandingkan pajak pedagang kaki lima dengan pajak pedagang urban di mall-mall atau factory outlet bergengsi lain mereka berjuang untuk menutup biaya itu. Jadi pada intinya, harga tidak bisa jadi patokan utama apakah kemeja yang akan atau baru saja anda beli berasal dari bahan super bagus atau highest quality.
Dan kini tibalah saatnya kita mereview apa saja jenis bahan kain yang paling sering dimanfaatkan untuk membuat kemeja.